Kita
akan berusaha melukiskan kekhasan dan keunikan Aceh. Bahwa sesungguhnya
kekhasan orang Aceh jika diperbandingkan dengan kultur masyarakat lain
di Indonesia adalah sikap militansi dan loyal atau patuh kepada
pemimpin.
Bukan tanpa alasan jika penulis menyebutkan dua hal di atas sebagai dua karakter yang paling menonjol dari orang Aceh.
Gambaran Ureung Aceh Masa Perang Belanda |
(Pertama),
Sikap militansi masyarakat atau orang Aceh sudah ditempa sejak ratusan
tahun lalu, sejak pendudukan Belanda sampai konflik bersenjata antara
GAM-RI. Semangat rela berkorban, berjuang dan berperang sampai titik
darah penghabisan yang ditempa sekian lama itu lantas mengental,
mengkristal jadi sebuah budaya yang melekat erat dalam setiap karakter
masyarakat Aceh. Hal ini bisa dibaca melalui syair-syair do daidi,
senandung peninabobo bayi yang mengajarkan dan mengajak sang bayi agar
setelah besar nanti pergilah ke medan perang untuk berjuang membela
bangsa (nanggroe).
(Kedua),
selain sikap militansi, sikap yang lain yang menonjol adalah loyal dan
patuh pada pemimpin. Loyalitas dan kepatuhan bagi orang Aceh sebenarnya
sebuah nilai dengan harga mahal. Sebab, agar orang Aceh menjadi loyal
dan patuh, sang pemimpin haruslah jujur, setia kepada rakyatnya, tidak
ingkar janji, bijak dalam pelayanan serta percaya kepada rakyat.
Pada
masa perjuangan merebut kemerdekaan orang Aceh rela memberikan segala
harta bendanya kepada Indonesia lewat sebuah pesawat bernama RI 01 yang
kita tahu sekarang dimuseumkan di Taman Mini Indonesia Indah. Inilah
bukti kepatuhan dan loyalitas orang Aceh terhadap Soekarno karena beliau
menjanjikan penetapan syariat Islam di Aceh. Janji itu disampaikan
Soekarno kepada Tengku Daud Beureuh pada 16 Juni 1948. Aceh memberikan
kemenangan telak kepada partai Demokrat dan secara khusus kepada SBY
dalam pilpres 2009. Tercatat 93% masyarakat Aceh memilih SBY. Ini juga
bukti kepatuhan dan loyalitas orang Aceh terhadap SBY, karena dalam masa
pemerintahannya SBY telah memberikan sesuatu yang berharga untuk Aceh
yakni perdamaian.
Belajar
dari fakta sejarah masa lulu, SBY yang sekarang dipercayakan oleh
mayoritas masyarakat Aceh hendaknya membangun silaturahmi yang baik
dengan masyarakat Aceh. Sebab bisa saja terjadi, jika kepercayaan itu
tidak dihargai, maka Aceh akan bergejolak lagi. Prediksi ini memang jauh
panggang dari api, tetapi sikap awas SBY atas semua janjinya mesti
perlu dibuktikan.
Itulah
gambaran singkat masyarakat Aceh, Menurut Dr. Mohd Harun lewat
‘Memahami orang Aceh’ (April 2009) Kajiannya atas masyarakat Aceh dari
penggalan syair hadih maja. Menurutnya ada lima (5) prototipe watak
orang Aceh.
Pertama
adalah reaktif artinya sebagai sebuah sikap awas atas harga diri yang
keberadaanya dipertaruhkan dalam konstelasi sosial budaya. Orang Aceh
sangat peka terhadap situasi sosial di sekitarnya. Orang Aceh tidak suka
diusik apalagi diejek, sebab, karena kalau tersinggung dan menanggung
malu reaksi yang timbul adalah akan dibenci dan bahkan menimbulkan
dendam.
Meunyoe ka teupeh, Bu leubeh han geu peu taba....Meunyoe hana teupeh, [maaf] Aneuk kr*h jeut ta raba. (silahkan Artikan Sendiri)
Kedua
adalah militan artinya memiliki semangat juang yang tinggi, bukan hanya
dalam memperjuangkan makna hidup tetapi juga dalam mempertahankan harga
diri atau eksistensinya.
‘Rencong peudeueng pusaka ayah, rudoh siwah kreh peunulang.Nibak udep dalam susah, bah manoe darah teungoh padang’(Rencong, pedang pusaka ayah, rudoh, siwah keris warisan.Daripada hidup di dalam susah, biar bermandikan padang di tengah padang)
Ketiga
adalah optimis hal ini tampak dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu.
Orang Aceh beranggapan bahwa setiap pekerjaan yang kelihatan sulit dan
berat harus dicoba dan dilalui.
‘Siploh pinto teutob, na saboh nyang teuhah’
(sepuluh pintu tertutup, ada satu yang terbuka).
Keempat
adalah konsisten. Hal ini tampak dalam sikap dan pendirian yang tidak
plin plan, tegas, taat asas apalagi jika berkaitan dengan harga diri dan
kebenaran. ‘
Cab di batee labang di papeuen, lagee ka lon kheun han jeut metuka’(cap di batu paku di papan, seperti sudah kukatakan tak boleh bertukar)
Kelima
adalah loyal. Hal ini amat berkaitan dengan kepercayaan. Jika seseorang
, lebih-lebih pemimpin, menghargai, mempercayai, tidak menipu, tidak
mencurigai orang Aceh maka mereka akan mebaktikan diri sepenuhnya kepada
sang pemimpin. ‘
Adak lam prang pih lon srang-brang. Bah mate di blang ngon sabab gata’
(walau dalam perang pun saya berkorban, biarlah mati dalam perang demi anda).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar